Konsultasi gizi merupakan serangkaian proses belajar untuk mengembangkan
pengertian dan sikap ppositif terhadap makanan agar penderita dapat membentuk
dan memiliki kebiasaan makan yang baik dalam hidup sehari-hari (PGRS, 1991).
Menurut Besty (1997), konsultasi gizi merupakan suatu proses dalam membantu
seseorang menegrti tentang keadaan dirinya, lingkunagnnya dan hubungan dengan
keluarganya dalam membangun kebiasaan yang baik termasuk makan sehingga menjadi
sehat dan produktif.
Ada empat langkah dalam penetalaksanaan konsultasi gizi yaitu:
1. Tahap
perlibatan (involving)
2. Tahap
penjelasan (exploring)
3. Tahap
pemecahan masalah (resolving)
4. Tahap
kesimpulan (concluding)
Hasil yang diharapkan dari proses ini adalah adanya transfer
pengetahuaan tentang gizi dan sikap penderita terhadap bagaimana sebaiknya
terapi diet atau makanan yang harus dimakan oleh orang sakit (Kusumawati 2006).
Konseling
gizi bertujuan membantu klien mengidentifikasi dan menganalisis masalah klien
serta memberikan alternatif pemecahan masalah individu. Hubungan atau kedudukan
klien dan konselor adalah sejajar atau horisontal. Informasi digali dengan
keterampilan mendengarkan dan mempelajari serta membangun percaya diri agar
klien mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalahnya sendiri.
Keterampilan komunikasi merupakan dasar dari keterampilan konselor dalam
konseling gizi. Keterampilan komunikasi meliputi keterampilan mendengar dan
mempelajari serta keterampilan membangun percaya diri dan dukungan. Konseling
dapat dikatakan efektif apabila komunikasi dilakukan dua arah antara klien
dengan konselor.
Konselor
yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu menjaga hubungan baik
dengan klien sejak awal, mengenali kebutuhan klien, mampu menumbuhkan rasa
nyaman pada klien, mendorong klien untuk memilih cara pemecahan masalah yang
terbaik, memberikan informasi tentang sumber daya yang diperlukan untuk
mengambil keputusan yang baik, memberi perhatian secara khusus, dan menjaga
rahasia serta kepercayaan klien. Konseling gizi dapat dilakukan dimana saja
asalkan tempat harus aman, nyaman, dan tenang. Waktu yang diperlukan dalam
konseling gizi antara 30-60 menit. Keberhasilan konseling dapat tercapai dengan
bantuan peran keluarga atau pendamping klien. Klien dapat terpantau oleh
keluarganya agar tetap disiplin dalam pelaksanaan perubahan pola makan. Ada
beberapa teori mengenai perubahan perilaku, yaitu:
1. Laquatra dan Danish, menyatakan bahwa koseling terdiri dari dua tahap. Pertama adalah
membangun hubungan yang kuat dan saling percaya antara konselor dengan klien.
Tahap kedua membentuk strategi perubahan perilaku. Kedua tahapan tersebut
didasari oleh kemampuan membangun komunikasi yang dilakukan oleh konselor.
2. Pavlov, et all, menyatakan tiga model pembalajaran yang menjadi dasar
perilaku konseling. Pertama, perubahan perilaku secara langsung dapat membentuk
perilaku seseorang bila perubahan tersebut dirasakan dapat memenuhi
kebutuhannya. Kedua, meniru. Ketiga, konsep model lainnya yang tidak berdasar.
3. Model Trasteoretikal, ada enam tahapan yang harus
dilalui dalam perubahan.
- 1) Prekontempalsi, klien belum menyadari adanya permasalahan.
- 2) Kontemplasi, sudah timbul kesadaran akan adanya masalah.
- 3) Preparasi, tahap kesempatan untuk melangkah maju atau kembali ketahap kontemplasi.
- 4) Aksi, klien mulai melakukan perubahan.
- 5) Pemeliharaan, perubahan perilaku yang telah dicapa memerlukan pemeliharaan untuk mencegah kekambuhan.
- 6) Relaps, terjadi kekambuhan sehinggaproses perubahan perilaku perlu dilakukan dari awal lagi.